Kementerian Perdagangan (Kemendag) optimis jika kinerja perdagangan dalam negeri pada tahun ini bakal tumbuh lebih positif dibanding tahun sebelumnya. Pasalnya, tingkat kebutuhan konsumsi rumah tangga masih cukup tinggi seiring meningkatnya pendapatan masyarakat pada tahun ini.
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia, mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 di proyeksikan bisa mencapai 6,1%-6,5%. Hal ini mengingat permintaan domestik, diantaranya konsumsi rumah tangga, masih bakal meningkat sejalan dengan meningkatnya pendapatan dari upah, hasil ekspor, dan dukungan pembiayaan kredit perbankan
Konsumsi rumah tangga diperkirakan mencapai pertumbuhan pada kisaran 4,8% - 5,3% pada tahun 2011 dan akan meningkat lagi pa da 2012 menjadi 4,9%-5,4%. Angka pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang cukup tinggi tersebut didorong oleh berbagai faktor positif, terutama berupa peningkatan pendapatan masyarakat. Beberapa hal yang membuat pendapatan masyarakat meningkat adalah adanya kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP), perbaikan pendapatan aparat negara, dan kenaikan gaji karyawan perusahaan. Untuk beberapa provinsi sudah terdapat penetapan kenaikan UMP tahun 2011. Selain UMP, peningkatan konsumsi rumah tangga juga berasal dari perbaikan pendapatan aparat negara yang terdiri dari PNS, TNI, Polri, serta pensiunan. Dalam anggaran belanja negara di APBN 2011, Pemerintah telah menetapkan kenaikan gaji pokok aparat negara dan pensiunan pada tahun 2011 sebesar 10%.
Kenaikan gaji pokok tersebut lebih tinggi dibanding kenaikan pada tahun 2010 yang hanya sebesar 5%. Selain itu, gaji ke-13 tetap akan dibagikan sebagaimana tahuntahun sebelumnya. Upaya ini dimaksudkan untuk tetap mempertahankan daya beli rumah tangga aparat Negara dalam memenuhi berbagai kebutuhannya. Selain hal tersebut di atas, dukungan terhadap konsumsi rumah tangga juga berasal dari pendapatan penjualan hasil ekspor. Berdasarkan perkembangan beberapa tahun terakhir, kinerja ekspor memiliki pengaruh cukup signifikan terhadap perilaku konsumsi rumah tangga. Kinerja ekspor Indonesia diprediksikan tumbuh cukup tinggi pada tahun 2011 dan 2012. Peningkatan kinerja ekspor ini akan meningkatkan pula pendapatan masyarakat, dan berkontribusi pada kuat nya pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Kuatnya ekspor ini akan menghasilkan income effect bagi masyarakat rumah tangga. Faktor lain yang memberi kontribusi terhadap konsumsi rumah tangga adalah pembiayaan dari perbankan, terutama dalam bentuk kredit konsumsi.
Tumbuh 15 Persen
Kalangan pengusaha menilai pada 2011 ini bisnis ritel memiliki prospek yang cukup baik. Diperkirakan, pada tahun 2011 ini, sector ritel mengalami pertumbuhan mencapai 13%-15%. Hal ini seiring dengan perkembangan situasi ekonomi yang tetap kondusif bagi pengembangan bisnis di Tanah Air. Wakil Ketua Komite Tetap Bidang Per dagangan Kamar Dagang dan Industri Indonesia Satria Hamid Ahmadi me ngatakan pertumbuhan bisnis ritel itu didukung oleh pengembangan usaha yang terus agresif sejalan dengan upaya perbaikan distribusi dan dukungan peraturan perundangan yang kondusif. “Apalagi dukungan pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat terjaga pada 6,5%, populasi penduduk mencapai sekitar 240 juta jiwa, peraturan perundangan ritel yang kondusif serta kapastias daya beli masyarakat yang positif,” ungkapnya. Selain Satria Hamid, optimisme per tum buhan sektor ritel juga dilontarkan Sekjen Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Rudy Sumampouw. Rudy mengatakan pros pek bisnia ritel pada 2011 diperkirakan lebih cerah dari tahun 2010 mengingat situasi ekonomi nasional yang cenderung lebih baik. “Pengusaha ritel tentunya juga akan me nyesuaikan dengan perkembangan situasi ekonomi di dalam negeri terkait dengan berbagai kebijakan pemerintah maupun yang merupakan kesepakatan dengan negara lain,” ujarnya.
Pertumbuhan bisnis ritel ini juga dibarengi dengan pertumbuhan di sector industri dan perdagangan makanan maupun minuman. Diyakini, industri dan perdagangan makanan minuman ini juga bisa tumbuh hing ga 13% pada tahun 2011. Bahkan, angka penjualan di sektor ini diperkirakan bisa mencapai Rp 690 triliun. Menurut catatan Gapmmi, tren pertum buhan industri makanan dan minuman dalam negeri cukup baik bahkan masih berada di level sekitar 10% pada tahun lalu. Sekadar catatan, volume penjualan pada 2007 mencapai Rp383 triliun, 2008 Rp505 triliun dan 2009 mencapai Rp555 triliun dan sekitar Rp.605 trilyun pada 2010. “Diproyeksikan pada 2011 volume perdagangan sector makanan mi numan ini nya bisa naik 10%--13% dengan omzet mencapai se kitar Rp.690 triliun. Dasar pertimbangannya adalah karena harga-harga naik dan daya beli masyarakat diperkirakan juga meningkat seiring dengan berbagai kebijakan positif pemerintah terkait remunerasi dan kenaikan gaji pegawai,” katanya.
Kebijakan yang Berpihak
Seiring dengan adanya beberapa indikator dalam pertumbuhan perdagangan pada tahun 2011 ini, maka, sebagai tindaklanjut dari tahun sebelumnya, tahun ini Kemendag menetapkan berbagai ke bijakan yang berpihak guna mendongkrak sektor perdagangan di dalam maupun di luar negeri menjadi lebih baik lagi. Menteri Perdagangan (Mendag) Mari Elka Pangestu mengatakan, tahun ini Kemendag akan terus meningkatkan kerja sama dengan pihak swasta untuk memperkuat perdagangan produk dalam negeri. “Saya yakin perdagangan produk dalam negeri positif pertumbuhannya,” tandas Mendag.
Selama 2010 Kementerian Perdagangan telah mengenakan bea masuk antidumping terhadap tujuh produk impor yang dinilai diperdagangkan secara tidak adil. “Untuk mengamankan pasar dalam negeri, telah dikenakan tindakan antidumping terhadap tujuh produk impor,” kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu Selain itu, untuk mengamankan pasar dalam negeri, kemendag juga terus melakukan peningkatan pengawasan barang beredar dan jasa. Kemendag akan terus melakukan pengawasan berkala terhadap perdagangan 15 komoditas dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib dan lima produk jasa di 15 daerah. “Kita juga akan terus me ngawasai secara ketat dalam pendistribusian gula, bahan berbahaya dan minuman beralkohol,” tandas Mendag.
Lebih lanjut, Kemendag bekerjasama dengan BPOM akan memastikan bahwa label berbahasa Indonesia untuk produk-produk pangan, kosmetik, dan produk-produk non pangan yang telah ditetapkan di lapangan harus dapat terpenuhi. “Semua itu kita lakukan sebagai upaya Kemendag dalam memberikan pelindungan terhadap konsumen. Dengan melakukan perlidungan ini, secara otomatis kita juga telah mengamankan pedagangan di dalam negeri. Sejumlah produk luar harus memenuhi syarat seperti syarat-syarat yang yang dipenuhi oleh produk di dalam negeri sebelum diperdagangkan,” jelas Mendag. Agaknya, dengan sejumlah kebijakan yang telah dilakukan oleh Kemendag tersebut, maka pada 2010, produk dalam negeri boleh dibilang masih mampu menguasai pasar di berbagai pusat perbelanjaan atau mal yang tersebar di Tanah Air. Penguasaan pangsa pasar produk dalam negeri tersebut di perkirakan hingga mencapai 80%.
“Tahun ini, penguasaan pangsa pasar produk domestik tersebut harus lebih kita tingkatkan. Artinya, tidak hanya dari segi kuantitas, tapi juga kualitas produknya. Untuk itu, pusat perbelanjaan hendaknya lebih banyak berperan lagi dalam mendukung kampanye 100% cinta Indonesia yang digiatkan oleh pemerintah saat ini” ungkap Dirjen PDN Gunaryo. Selain itu, Dirjen PDN Gunaryo juga mengatakan selama ini keberdaan produk dalam negeri di pusat perbelanjaan dari segi nilai memang cukup besar. Namun, Kemendag berharap produk dalam negeri di berbagai pusat belanja di tanah air lebih banyak lagi dan lebih berkualitas. “Daya saing produk-produk nasional atas produk luar negeri semakin menunjukkan peningkatan di tahun 2010. Untuk itu, semua pihak harus terus mendorong dalam meningkatkan daya saing berbagai produk kita,” tutup Dirjen PDN Gunaryo. (mon/berbagai sumber)
sumber : Majalah Info PDN edisi Februari 2011