Kamis, 21 April 2011

Akupuntur

0 komentar

Khasiat Akupunktur untuk Kecantikan

Salah satu teknik perawatan kecantikan wanita Tiongkok yang terkenal adalah metode akupunktur. Metode tradisional Tiongkok ini terbukti ampuh sejak ribuan tahun lalu, termasuk di bidang estetika. “Jika dibandingkan terapi pengobatan atau penyakit, akupunktur lebih banyak dipilih untuk masalah estetika atau kecantikan di Jambi,” ujar dr Susi BE (Hons) BSc, ahli akupunktur lulusan Melbourne University, Australia.
Susi mengatakan, sangat banyak masalah kecantikan yang dapat diatasi dengan teknik akupunktur, di antaranya flek hitam wajah, jerawat, kerontokan rambut, dan pelangsingan hingga penambahan tinggi badan pada usia pertumbuhan.
“Akupunktur terjamin aman karena prinsip dasarnya adalah mengembalikan keseimbangan pada tubuh penderita melalui stimulasi (rangsangan) maupun destimulasi (mengurangi rangsangan pada bagian tubuh tertentu yang berlebihan) sehingga tercapai homeostasis,” ujarnya.
Pada beberapa keadaan seperti jerawat dan flek hitam wajah, pihaknya melakukan pengobatan terintegrasi antara medis Barat dengan pemberian krim-krim racikan dan terapi akupunktur. Pada pengobatan kerutan wajah dilakukan tusukan-tusukan di sekitar wajah dengan jarum khusus yang sengat kecil, lalu ditambahkan stimulasi elektrik dengan mesin berpenggerak baterai selama 15 menit.
Untuk mengobati kerontokan rambut dan kebotakan, pasien ditusuk jarum pada bagian-bagian tertentu di kulit kepala selama 30 menit dan saat pulang ke rumah harus rajin dioleskan dengan hair tonic penumbuh rambut secara rutin. Sedangkan untuk menambah tinggi badan dilakukan tusukan di daerah tulang belakang.
Untuk mengobati beragam penyakit kronis dan kecantikan telah ditemukan teknik akupunktur yang lebih tidak invasive, yaitu akupunktur pergelangan tangan dan kaki (wrist–ankle acupuncture), yakni jarum-jarum kecil hanya ditusuk di bawah kulit di sekitar pergelangan tangan dan kaki sehingga pasien tidak perlu terlalu panik terhadap tusukan jarum yang banyak di sekujur tubuh.
Yang paling penting, walaupun hanya dengan dua atau tiga jarum, tetapi efektivitas pengobatan tetap sama dengan akupunktur klasik yang menggunakan banyak jarum. Ini merupakan improvisasi teknik akupunktur yang lebih modern dengan inovasi yang minimal untuk menghindari pasien dari trauma terhadap jarum yang banyak dan pasien tidak perlu terlalu risih, karena tidak perlu membuka pakaian.
Menurut Susi, pengobatan akupunktur merupakan suatu modalitas terapi yang menggunakan sistem tusuk jarum pada titik-titik di bagian tubuh tertentu untuk mengembalikan keseimbangan tubuh pasien, sehingga yang bersangkutan dapat sembuh dari berbagai problem kesehatan yang dialami.
Dasar pemikiran di balik pengobatan ini adalah bahwa dalam tubuh manusia yang sehat selalu didapatkan keseimbangan yang disebut homeostasis, yakni setiap gangguan terhadap keseimbangan tersebut yang melewati ambang batas (threshold) yang dapat ditoleransi tubuh akan dimanifestasikan sebagai gejala penyakit atau keluhan penyakit.
sumber : http://kecantikantubuh.blogspot.com/2009/11/khasiat-akupunktur-untuk-kecantikan.html
Continue reading →
Selasa, 19 April 2011

Perdagangan Luar Negri

0 komentar
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintahsuatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun (lihat Jalur SutraAmber Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong Industrialisasi, kemajuan transportasiglobalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional.

A. Perubahan Arah Perdagangan Luar Negeri
Dalam menjaga keseimbangan perdagangan dengan luar negeri 
diperlukan reformasi perdagangan. Tujuan reformasi perdagangan 
seperti yang diusahakan pemerintah tidak hanya membangun 
perekonomian yang berorientasi perdagangan namun juga sejauh 
mana aktivitas ekspor dan impor dapat:
• Membantu daya saing dan akses pengusaha Indonesia dalam 
perdagangan bebas dunia.
• Memengaruhi peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia

• Menimbulkan regional spillover bagi pembangunan daerah/kawasan. 
• Mengurangi kandungan impor (import content) komoditi ekspor 
Indonesia.

B. Promosi Ekspor
Dalam era perdagangan bebas dengan persaingan yang sangat ketat, 
peran promosi menjadi sangat penting.  Setiap industri dapat melakukan 
promosi, baik melalui promosi langsung dalam iklan, pameran industri 
maupun melalui pemberian informasi. Biasanya hanya industri besar 
yang dapat melakukan promosi produk karena biaya promosi yang 
sangat tinggi di luar negeri. Oleh karena itu peran pemerintah akan 
selalu membantu pelaksanaan promosi dengan mengikutsertakan 
partisipasi industri.  Dengan banyaknya saingan, promosi adalah sarana 
untuk mengenalkan produk sehingga terjadi penciptaan pasar.  
Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) sebagai institusi 
pemerintah dapat memberi fasilitas dan mendukung peningkatan 
ekspor nasional.  Salah satunya adalah dengan penciptaan citra 
negara dan produk nasional di luar negeri. Institusi tersebut harus 
juga memfasilitasi transportasi produk nasional ke pasar di luar negeri.  
Penciptaan budaya ekspor juga harus mendapat perhatian lembaga ini.  
Lembaga ini juga memonitor aktivitas perdagangan luar negeri nasional. 
Dalam rangka promosi, harus dipelajari karakteristik masyarakat yang 
berpotensi menjadi pembeli.  Karakteristik meliputi pola konsumsi, 
daya beli dan bahasa untuk berkomunikasi dengan konsumen.  Hal ini 
perlu dipelajari oleh masing-masing industri dan institusi pemerintah 
yang menangani promosi perdagangan luar negeri.

C. Impor
Kegiatan impor harus tetap membantu daya saing dan akses pengusaha 
Indonesia dalam perdagangan bebas dunia. Di samping itu harus juga 
tetap menimbulkan regional spillover bagi pembangunan kawasan dan 
daerah.  Usaha yang paling penting adalah mengurangi kandungan 
impor komoditi ekspor dan industri dalam negeri. Kegiatan impor 
harus juga dapat mempengaruhi peningkatan kesejahteraan rakyat 
Indonesia. 
Secara mikro kegiatan impor harus tetap memerhatikan kesehatan, 
keselamatan, keamanan, lingkungan hidup, dan moral bangsa dengan 
tetap melindungi industri dalam negeri dan konsumen. Komitmen 
Indonesia sebagai anggota WTO harus tetap dipertahankan seiring 
dengan komitmen Indonesia terhadap konvensi lain yang diikuti, di 
antaranya:
• Konvensi tentang senjata kimia
• Konvensi Wina dan Protokol Montreal terkait pengawasan BPO
• Konvensi Basel terkait pengawasan limbah
Sumber : 
http://www.mudrajad.com/upload/Buku%20Kadin_Bab%20II_Perdagangan%20Luar%20Negeri.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_internasional
Continue reading →

Industrialisasi dan Keuntungan Komparatif

0 komentar

Industri secara kasar dapat dibagi dua, yaitu industri jasa dan industri yang menghasilkan barang-barang. Sektor industri yang menghasilkan barang-barang adalah pertanian, pertambangan, industri pengolahan, konstruksi, air, gas dan listrik, sedangkan industri jasa yakni perdagangan, angkutan (transportasi), pemerintahan, perbankan, asuransi persewaan dan jasa-jasa lainnya. Secara umum sektor-sektor industri tadi dibagi atas sektor primer, sekunder dan tersier.

Secara ideal, proses industrialisasi bertujuan untuk perubahan struktur ekonomi sehingga terjadi penciptaan nilai tambah yang lebih tinggi dan secara ekonomis masyarakat akan lebih makmur.
Kemajuan proses industrialisasi dapat juga diukur dengan melihat jumlah kebutuhan yang berasal dari industri pengolahan. Semakin banyak jenis kebutuhan manusia dalam lingkungan tertentu dipenuhi oleh hasil-hasil industri pengolahan dapat juga dijadikan pertanda maju atau terlambatnya proses itu berlangsung.
Bagi Indonesia, alasan untuk melakukan industrialisasi mempunyai berbagai alasan yang kuat yaitu untuk maju. Akan tetapi ada dua hal yang penting yang perlu diperhitungkan, apakah orientasi kita ke arah pengganti impor atau ke arah promosi ekspor.
Dalam melihat perkembangan industri perlu diperhatikan apakah industri itu mempunyai kaitan ke arah hulu atau hilir.

Keuntungan Komparatif
Dalam membahas teori perdagangan internasional asumsi yang sering digunakan adalah perdagangan bebas. Itulah asumsi perdagangan bebas sebagai suatu bentuk yang ideal. Walaupun dalam dunia perdagangan internasional banyak terjadi rintangan, bukan berarti asumsi perdagangan bebas tidak berguna. Setidak-tidaknya dengan menggunakan asumsi itu, dapat dilihat penyimpangan kejadian-kejadian ekonomi yang menyimpang dari keadaan ideal. Dengan terjadinya penyimpangan-penyimpangan itu, akan dapat pula dilihat akibat-akibat positif dari kejadian itu.
Beberapa teori yang menjelaskan terjadinya perdagangan internasional adalah adanya suatu keuntungan komparatif, barang itu mampu bersaing di pasaran internasional. Dengan demikian, berlangsung perdagangan. Keunggulan itu dapat dihubungkan dengan teknologi produksi, tahap pertumbuhan produksi, pola konsumsi, dan siklus produk. Teknologi padat modal telah mulai bergeser ke teknologi padat keterampilan, yang membutuhkan investasi manusia yang semakin tinggi.
Teori Heckscher Ohlin, seperti yang diteliti oleh Leontief di AS tidak tepat, malahan barang-barang yang padat modal yang memasuki negara itu dan sebaliknya barang-barang dengan teknologi padat karya yang diekspor dari negara tersebut. Pola perdagangan yang diamati dalam jangka panjang, siklus produk atau pola bangau terbang banyak mendapat perhatian sejak tahun 1960-an. Namun demikian, faktor-faktor internal (dalam negeri) mempunyai pengaruh yang berarti, di samping faktor-faktor lingkungan internasional.
Berbagai rintangan terjadi, oleh karena negara-negara yang baru memasuki industrialisasi dapat memproduksi barang-barang yang dulu diimpor, telah memasuki tahap perluasan ekspor; sedangkan negara-negara yang mengekspornya dulu, telah mengalami masa mengimpor kembali. Untuk memperpanjang siklus suatu produk, peranan penelitian dan pengembangan tentunya perlu mendapat perhatian yang lebih besar.
Continue reading →

Perdagangan Dalam Negri tahun 2011

0 komentar
Kementerian Perdagangan (Kemendag) optimis jika kinerja perdagangan dalam negeri pada tahun ini bakal tumbuh lebih positif dibanding tahun sebelumnya. Pasalnya, tingkat kebutuhan konsumsi rumah tangga masih cukup tinggi seiring meningkatnya pendapatan masyarakat pada tahun ini.
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia, mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 di proyeksikan bisa mencapai 6,1%-6,5%. Hal ini mengingat permintaan domestik, diantaranya konsumsi rumah tangga, masih bakal meningkat sejalan dengan meningkatnya pendapatan dari upah, hasil ekspor, dan dukungan pembiayaan kredit perbankan
Konsumsi rumah tangga diperkirakan mencapai pertumbuhan pada kisaran 4,8% - 5,3% pada tahun 2011 dan akan meningkat lagi pa da 2012 menjadi 4,9%-5,4%. Angka pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang cukup tinggi tersebut didorong oleh berbagai faktor positif, terutama berupa peningkatan pendapatan masyarakat. Beberapa hal yang membuat pendapatan masyarakat meningkat adalah adanya kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP), perbaikan pendapatan aparat negara, dan kenaikan gaji karyawan perusahaan. Untuk beberapa provinsi sudah terdapat penetapan kenaikan UMP tahun 2011. Selain UMP, peningkatan konsumsi rumah tangga juga berasal dari perbaikan pendapatan aparat negara yang terdiri dari PNS, TNI, Polri, serta pensiunan. Dalam anggaran belanja negara di APBN 2011, Pemerintah telah menetapkan kenaikan gaji pokok aparat negara dan pensiunan pada tahun 2011 sebesar 10%.
Kenaikan gaji pokok tersebut lebih tinggi dibanding kenaikan pada tahun 2010 yang hanya sebesar 5%. Selain itu, gaji ke-13 tetap akan dibagikan sebagaimana tahuntahun sebelumnya. Upaya ini dimaksudkan untuk tetap mempertahankan daya beli rumah tangga aparat Negara dalam memenuhi berbagai kebutuhannya. Selain hal tersebut di atas, dukungan terhadap konsumsi rumah tangga juga berasal dari pendapatan penjualan hasil ekspor. Berdasarkan perkembangan beberapa tahun terakhir, kinerja ekspor memiliki pengaruh cukup signifikan terhadap perilaku konsumsi rumah tangga. Kinerja ekspor Indonesia diprediksikan tumbuh cukup tinggi pada tahun 2011 dan 2012. Peningkatan kinerja ekspor ini akan meningkatkan pula pendapatan masyarakat, dan berkontribusi pada kuat nya pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Kuatnya ekspor ini akan menghasilkan income effect bagi masyarakat rumah tangga. Faktor lain yang memberi kontribusi terhadap konsumsi rumah tangga adalah pembiayaan dari perbankan, terutama dalam bentuk kredit konsumsi.
Tumbuh 15 Persen
Kalangan pengusaha menilai pada 2011 ini bisnis ritel memiliki prospek yang cukup baik. Diperkirakan, pada tahun 2011 ini, sector ritel mengalami pertumbuhan mencapai 13%-15%. Hal ini seiring dengan perkembangan situasi ekonomi yang tetap kondusif bagi pengembangan bisnis di Tanah Air. Wakil Ketua Komite Tetap Bidang Per dagangan Kamar Dagang dan Industri Indonesia Satria Hamid Ahmadi me ngatakan pertumbuhan bisnis ritel itu didukung oleh pengembangan usaha yang terus agresif sejalan dengan upaya perbaikan distribusi dan dukungan peraturan perundangan yang kondusif. “Apalagi dukungan pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat terjaga pada 6,5%, populasi penduduk mencapai sekitar 240 juta jiwa, peraturan perundangan ritel yang kondusif serta kapastias daya beli masyarakat yang positif,” ungkapnya. Selain Satria Hamid, optimisme per tum buhan sektor ritel juga dilontarkan Sekjen Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Rudy Sumampouw. Rudy mengatakan pros pek bisnia ritel pada 2011 diperkirakan lebih cerah dari tahun 2010 mengingat situasi ekonomi nasional yang cenderung lebih baik. “Pengusaha ritel tentunya juga akan me nyesuaikan dengan perkembangan situasi ekonomi di dalam negeri terkait dengan berbagai kebijakan pemerintah maupun yang merupakan kesepakatan dengan negara lain,” ujarnya.
Pertumbuhan bisnis ritel ini juga dibarengi dengan pertumbuhan di sector industri dan perdagangan makanan maupun minuman. Diyakini, industri dan perdagangan makanan minuman ini juga bisa tumbuh hing ga 13% pada tahun 2011. Bahkan, angka penjualan di sektor ini diperkirakan bisa mencapai Rp 690 triliun. Menurut catatan Gapmmi, tren pertum buhan industri makanan dan minuman dalam negeri cukup baik bahkan masih berada di level sekitar 10% pada tahun lalu. Sekadar catatan, volume penjualan pada 2007 mencapai Rp383 triliun, 2008 Rp505 triliun dan 2009 mencapai Rp555 triliun dan sekitar Rp.605 trilyun pada 2010. “Diproyeksikan pada 2011 volume perdagangan sector makanan mi numan ini nya bisa naik 10%--13% dengan omzet mencapai se kitar Rp.690 triliun. Dasar pertimbangannya adalah karena harga-harga naik dan daya beli masyarakat diperkirakan juga meningkat seiring dengan berbagai kebijakan positif pemerintah terkait remunerasi dan kenaikan gaji pegawai,” katanya.
Kebijakan yang Berpihak
Seiring dengan adanya beberapa indikator dalam pertumbuhan perdagangan pada tahun 2011 ini, maka, sebagai tindaklanjut dari tahun sebelumnya, tahun ini Kemendag menetapkan berbagai ke bijakan yang berpihak guna mendongkrak sektor perdagangan di dalam maupun di luar negeri menjadi lebih baik lagi. Menteri Perdagangan (Mendag) Mari Elka Pangestu mengatakan, tahun ini Kemendag akan terus meningkatkan kerja sama dengan pihak swasta untuk memperkuat perdagangan produk dalam negeri. “Saya yakin perdagangan produk dalam negeri positif pertumbuhannya,” tandas Mendag.
Selama 2010 Kementerian Perdagangan telah mengenakan bea masuk antidumping terhadap tujuh produk impor yang dinilai diperdagangkan secara tidak adil. “Untuk mengamankan pasar dalam negeri, telah dikenakan tindakan antidumping terhadap tujuh produk impor,” kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu Selain itu, untuk mengamankan pasar dalam negeri, kemendag juga terus melakukan peningkatan pengawasan barang beredar dan jasa. Kemendag akan terus melakukan pengawasan berkala terhadap perdagangan 15 komoditas dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib dan lima produk jasa di 15 daerah. “Kita juga akan terus me ngawasai secara ketat dalam pendistribusian gula, bahan berbahaya dan minuman beralkohol,” tandas Mendag.
Lebih lanjut, Kemendag bekerjasama dengan BPOM akan memastikan bahwa label berbahasa Indonesia untuk produk-produk pangan, kosmetik, dan produk-produk non pangan yang telah ditetapkan di lapangan harus dapat terpenuhi. “Semua itu kita lakukan sebagai upaya Kemendag dalam memberikan pelindungan terhadap konsumen. Dengan melakukan perlidungan ini, secara otomatis kita juga telah mengamankan pedagangan di dalam negeri. Sejumlah produk luar harus memenuhi syarat seperti syarat-syarat yang yang dipenuhi oleh produk di dalam negeri sebelum diperdagangkan,” jelas Mendag. Agaknya, dengan sejumlah kebijakan yang telah dilakukan oleh Kemendag tersebut, maka pada 2010, produk dalam negeri boleh dibilang masih mampu menguasai pasar di berbagai pusat perbelanjaan atau mal yang tersebar di Tanah Air. Penguasaan pangsa pasar produk dalam negeri tersebut di perkirakan hingga mencapai 80%.
“Tahun ini, penguasaan pangsa pasar produk domestik tersebut harus lebih kita tingkatkan. Artinya, tidak hanya dari segi kuantitas, tapi juga kualitas produknya. Untuk itu, pusat perbelanjaan hendaknya lebih banyak berperan lagi dalam mendukung kampanye 100% cinta Indonesia yang digiatkan oleh pemerintah saat ini” ungkap Dirjen PDN Gunaryo. Selain itu, Dirjen PDN Gunaryo juga mengatakan selama ini keberdaan produk dalam negeri di pusat perbelanjaan dari segi nilai memang cukup besar. Namun, Kemendag berharap produk dalam negeri di berbagai pusat belanja di tanah air lebih banyak lagi dan lebih berkualitas. “Daya saing produk-produk nasional atas produk luar negeri semakin menunjukkan peningkatan di tahun 2010. Untuk itu, semua pihak harus terus mendorong dalam meningkatkan daya saing berbagai produk kita,” tutup Dirjen PDN Gunaryo. (mon/berbagai sumber)
sumber : Majalah Info PDN edisi Februari 2011
Continue reading →

Kemiskinan di Indonesia

0 komentar

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
  • Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
  • Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
  • Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.

Continue reading →

Prospek Perekonomian Indonesia

0 komentar
 Menapaki kuartal terakhir 2010, ada hawa optimis yang berhembus dalam ruang perekonomian kita. Harian The New York Times, edisi 5 Agustus 2010 menyebut: Indonesia adalah sebuah model ekonomi, setelah melewati krisis lebih dari sepuluh tahun. Sementara Financial Times (12/08/2010) mengatakan, perekonomian Indonesia merupakan macan yang tengah terbangun.

Negeri ini merupakan salah satu target investasi yang menjanjikan. Tidakkah kita optimis menghadapi tahun 2011?


            Tentu saja kita layak optimis. Namun, tetap harus waspada, karena ada beberapa “tantangan struktural” yang juga serius. Kegagalan kita mengelola persoalan-persoalan mendasar, justru akan menjebak kita. Kita hanya akan menjadi bangsa yang labil, karena hanya menjadi target investasi portofolio jangka pendek.
Jika kita tengok kondisi sektor finansial kita, yang meliputi pasar modal, uang, utang dan perbankan, nampaknya tak ada yang mengkuatirkan. Secara umum, peringkat investasi Indonesia terus meningkat, seiring dengan semakin turunnya credit default swap (CDS) sebagai cermin dari risiko investasi. Bahkan,Japan Credit Rating Agency Ltd., (JCRA) telah menaikkan peringkat Indonesia ke level “investment grade”  atau BBB- pada bulan Juli lalu. Tidak menutup kemungkinan, lembaga pemeringkat lainnya juga akan menaikkan ratingIndonesia di tahun 2011.
Sementara ini, Moody’s masih menempatkan Indonesia dalam 2 tingkat di bawah level investasi (Ba2) dalam evaluasinya Juni lalu. Demikian pula S&P yang pada bulan Maret mengevaluasi peringkat Indonesia dan menetapkan posisi BB+/stable. Dan, Fitch Rating juga menempatkan Indonesia pada satu tingkat di bawah investment grade, yaitu BB+. Selain bersikap optimis, nampaknya kita juga perlu bertanya: faktor-faktor apa sajakah yang akan menghambat kita masuk ke level investasi?
Masih melanjutkan cerita sukses, prospek perbankan kita juga tak kalahkinclong. Di tengah ambruknya sistem perbankan global, perbankan Indonesia justru membukukan tingkat keuntungan yang tinggi, selain menunjukkan tingkat kehati-hatian. Tingkat Net-Interest Margin (NIM) perbankan Indonesia yang mencapai angka sekitar 5,7 persen, merupakan angka paling tinggi dibandingkan dengan negara-negara sekitar. Bandingkan dengan Singapura yang NIM nya hanya sekitar 2 persen, Malaysia 2,3 persen, Thailand 3,3 persen. Jadi, tak salah jika para bankir asing sangat berminat masuk ke Indonesia, di samping karena potensi pasarnya yang masih sangat luas.
Ternyata, tingkat profitabilitas yang tinggi juga ditopang oleh tingkat kesehatan bank yang tinggi pula. Jika Basel Accord III diterapkan, dipastikan sektor perbankan di Indonesia tidak akan mengalami masalah. Menurut data Bank Indonesia yang dikeluarkan pada bulan Agustus 2010, dari 113 bank yang ada di Indonesia hanya 8 bank yang tingkat kecukupan modalnya (capital adequacy ratio) di bawah 8 persen. Sehingga, untuk mengikuti aturan Basel tentang modal utama atau Tier 1 Capital sebesar 4,5 persen yang harus tercapai pada 2013) dan 6 persen pada 2019, tidak akan menjadi persoalan.  

Persoalan Struktural
            Secara umum, prospek perekonomian Indonesia tahun 2011 sangat menjanjikan. Dan dengan demikian, potensi untuk memperolah gelar investment grade bukanlah hal yang mustahil. Tetapi, tetap saja ada persoalan-persoalan yang harus segera diatasi. Dan jika tidak, lagi-lagi kita berpotensi akan kehilangan kesempatan untuk kesekian kalinya, di berbagai bidang.
            Pada prinsipnya, ada dua bidang besar yang masih menjadi kendala perekonomian kita untuk masuk dalam kritria perekonomian yang kuat. Tantangan pertama terkait dengan masih relatif kecilnya proporsi sektor keuangan kita terhadap skala perekonomian kita yang sangat besar. Dengan demikian, isufinancial deepening masih sangat relevan untuk direspon. Kalau perbankan kita stabil dan menguntungkan, so what? Perekonomian maju salah satunya ditandai dengan penetrasi sektor keuangan yang cukup dalam terhadap dinamika perekonomian.
Dalam laporan Bank Dunia, Financial Access 2010, terlihat bahwa jumlah penabung per 1.000 orang di Indonesia masih sangat kecil, yaitu di bawah 1.000. Sementara, Thailand sudah mencapai sekitar 1.500. Bahkan Malaysia sudah lebih dari 3.000. Kecenderungan yang sama juga terjadi dalam hal jumlah pinjaman per 1.000 penduduk. Kita sejajar dengan Kamboja dan Mongolia, dan tertinggal jauh dari Malaysia. Bahkan kita jauh di bawah angka rata-rata untuk negara sedang berkembang.
Data lain yang juga menunjukkan “dangkalnya” sektor finansial di Indonesia adalah rasio jumlah uang beredar (broad money/M2) terhadap PDB yang juga masih kecil, dan bahkan ada  kecenderungan semakin mengecil hingga tahun 2007 lalu. Tentu saja, hal ini perlu mendapatkan perhatian serius dari otoritas moneter dan pemerintah. Terkait dengan rencana pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertanyaan yang layak diajukan, siapa nanti yang akan bertanggungjawab mendorong financial deepening?
Persoalan struktural kedua terkait dengan tingkat daya saing sektor riil kita yang masih relatif buruk. Meski World Economic Forum (WEF) dalam “World Competitiveness Report” telah menaikkan indeks daya saing kita dari 54 menuju 44 untuk periode 2010-2011 ini, tetapi tidak serta-merta terjadi perubahan mendasar. Dari laporan tersebut, terlihat bahwa membaiknya tingkat daya saing kita lebih didorong oleh perbaikan faktor-faktor makro ekonomi, seperti tingkat inflasi yang terjaga, pertumbuhan yang relatif tinggi di tengah krisis global, suku bunga yang reletif rendah dsb.
Namun, kalau kita tengok sisi fundamental dari daya saing, seperti ketersediaan infrastruktur, dukungan birokrasi serta kualitas kesehatan dan pendidikan masyarakat, kita masih terbilang buruk. Dengan demikian, masih ada banyak pekerjaan yang diselesaikan untuk benar-benar meningkatkan daya saing kita. Bisa jadi, kalau kita hanya bertumpu pada stabilitas makro, tahun depan kembali melorot, kalau terjadi goncangan pada sisi makro ekonomi.
Tanpa perbaikan infrastruktur, ketersediaan sumber daya energi serta dukungan birokrasi, sektor riil pada dasarnya tidak akan bergerak cepat. Dan jika itu terjadi, stabilitas sektor finansial tidak akan berarti banyak dalam peningkatan kapasitas ekonomi. Konkritnya, tidak akan ada pergerakan sektor produksi yang meningkatkan daya beli masyarakat, dan akhirnya kemampuan membayar pajak. Jika siklus ini gagal dicapai, maka investment grade tidak akan ada artinya.

Manfaat Investment Grade
            Jika pemerintah gagal mendinamisir sektor produksi, melalui peningkatan kapasitas investasi riil, dikuatirkan potensi investment grade yang sudah di depan mata juga tidak bisa diraih. Lembaga pemeringkat tentu tidak bisa dikelabui dengan menutup fakta-fakta riil di lapangan. Kalaupun sekarang modal asing masuk deras, itu bukan semata-mata karena alasan fundamental ekonomi domestik, tetapi juga faktor eksternal.
            Dan jika perbaikan struktural gagal dicapai oleh Indonesia, sebenarnya perekonomian kita hanya layak untuk menanam modal portofolio saja, yang bisa angkat kali sewaktu-waktu ada dorongan, baik dari sisi domestik maupun global. Tahun 2011 adalah penentuan, apakah potensi ekonomi Indonesia akan benar-benar terealisasi, atau sekedar ilusi. Dan untuk tidak membuat ilusi, maka pekerjaan konkrit sudah menunggu: membangun infrastruktur, mereformasi birokrasi, merancang kebijakan energi, pengembangan industri dsb.
Continue reading →

Tugas 3

0 komentar
1. Jelaskan dengan singkat yang dimaksud dengan :
a) Pertumbuhan kesenjangan
b) Kemiskinan
Jawab :
a) Pertumbuhan kesenjangan adalah  terjadinya ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi dan kelompok kelompok berpenghasilan rendah.
b) Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti    
makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. 

2. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor penyebab kemiskinan ! (minimal 5)
Jawab :
- Tingkat pertumbuhan yang tinggi
- Tingkat pendidikan yang rendah- Pengangguran
- Ketidakmerataan distribusi pendapatan  
- Ketidakmerataan pembangunan 

3. Sebutkan dan jelaskan program pemerintah saat ini untuk menanggulangi kemiskinan di Indonesia !
Jawab :
* Menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok. 
* Mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin
* Menyempurnakan dan memperluaskan cakupan program pembangunan
   berbasis masyarakat
* Meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan dasar
* Membangun dan menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi
   masyarakat miskin 
* Penegakan hukum dan HAM, pemberantasan korupsi dan reformasi
  birokrasi. 
* Percepatan pembangunan infrastruktur
* Pembangunan daerah perbatasan dan wilayah terisolir
* Revitalisai pertanian, perikanan, kehutanan, dan perdesaan
* Peningkatan kemampuan pertahanan, pemantapan keamanan dan
   ketertiban, serta penyelesaian konflik
* Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri)
* Program Pengembangan Bahan Bakar Nabati (EBN). Program ini
  dimaksudkan untuk mendorong kemandirian penyediaan
  energi terbaukan dengan menumbuhkan “Desa Mandiri Energi”
 


Continue reading →